Maka tibalah pena, pada tajuk sejarah suatu pagi
Menuliskan kisah hitam putih sebuah generasi
Panjang bernarasi, nan lugas beropini, pun gegas berdikari
Selembar dari lelembaran dan satu dari sesatuan negeri
Ia baru saja melahirkan demokrasi
Warna harinya berwarta dan corak wartanya berhari
Menjual obral penjara tirani dan membeli mahal kebebasan pribadi
Ditawarkan pada pedagang kaki lima dan supir metromini
Layaknya maha saksi abadi
Lalu lelintasan tak pernah mati
Siangnya, hiruk-pikuk oleh celetuk rutuk para pengutuk
Petangnya, riuh kisruh oleh gemuruh para perusuh
Kata telah enyah percuma
Diumbar sangar di tengah kota
Sia-sia orasi, tak dapat solusi
Hanya simpati, sekedar apresiasi
Para awam geram
Negeri seribu lautan namun baru saja impor garam
Memaksa proletar berijazah kasar berduyun ke negeri tetangga
Mengadu aib sendiri tetiba berujung adu domba
Satu masalah belum jua usai kau tambah benih permusuhan lagi
Tak puas rupanya sudah menukar harga diri dengan sekeping roti
Merasa gagal menjadi negara lalu semua tunjuk tangan ingin berdiri di depan
Beryakin diri mampu menodong kemiskinan dengan senapan kebebasan
Nyatanya, ada yang terkoyak di sudut negeri nun antah berantah
Terjamah penjajah yang sempurna menjarah
Mula bersama bekerja, selanjutnya mereka yang kaya
Di depan duduk semeja, di belakang gencatan senjata
Negeriku bungkam, muram sembari terdiam
Sebab bicara satu jam puluhan hari ia dikecam
Maka aku mencari sepuluh pemuda
Yang tak cecuma pandai bicara, namun securah berkarya
Untuk negeri yang katanya akan mulai mendewasa
Meski hanya berbekal keterampilan membaca
Dan di akhir kisah, tenggelamlah perahu para pengumpat,
Di hadapan sekian jejuta rakyat.
Seratus hari mencoba sempurna
Tak cukup sederhana
Sewindu merubah wajah sejarah
Tak semudah membaca sumpah
Ini soal amanah
Hingga sesegala mutlak telak milik yang di langit
Sedang tugas kebangkitan hanya perlu bangkit
Bukan salah presiden,
Bahkan sampai membuatmu tak hendak punya argumen.
Di sebuah bumi yang mencintai langit, 09032014
Setetes tinta untuk Indonesia.
Dari saya, Roisiyatin.