Menikahlah juga pada badainya

Andai saja menikah bisa sesederhana jatuh cinta, melamar dan mengikat janji setia. Kadang semudah apapun prosesnya, atau sesulit apapun rintangannya, nyatanya memang tidak selalu sederhana.

Menikah tidak sesederhana jatuh cinta, sebab semua kita bisa kapan saja jatuh pada cinta siapapun atau apapun. Jika beruntung cinta dapat berbalas atau sebaliknya bertemu pada sebuah kenyataan cinta tak berbalas dengan rasa yang sama.

Andai saja setelah menikah, kebahagiaan rumah tangga diterjemahkan hanya sebatas canda dan tawa. Betapa banyak rumah tangga yang isinya dominan air mata. Lalu apakah yang mereka kejar sebenarnya?

Ada banyak bahagia yang kita dapatkan secara sederhana. Tapi kenyataannya memang ada bahagia yang rumit, dan tak perlu memaksa persepsi hanya demi membuat orang lain terkesan. Cukup terima saja kerumitan itu, terima saja bahwa rumit tidak lantas menjadikan nilainya tidak sempurna.

Menikah tidak sesederhana ucapan sakinah mawaddah wa rahmah. Lalu aman bahagia selamanya. Andai saja kalian tahu, selama apapun kalian mengenal siapa pasangan, tak akan pernah cukup cinta berbicara jika tak bersedia belajar mengenal sepanjang hidup. Selama apapun kalian mempersiapkan diri, tak akan pernah cukup bekal jika tak bersedia belajar selamanya.

Iya, memang sakinah mawaddah wa rahmah tidak sederhana. Sebab ia adalah standar dari Tuhan, bukan sebatas pandangan sederhana manusia dalam menilai kebahagiaan. Suatu hari jika rumahmu semarak tawa, syukurilah. Namun jika suatu saat membadai, tetaplah syukuri. Barangkali sakinahmu ada pada ujian, bukan ada pada nikmat yang berkepanjangan. Yang terpenting, jangan kehilangan standar Tuhan. Begitulah kira-kira..

Selamat menikah…

Tinggalkan komentar